Mengapa meningkatkan diagnosis tuberkulosis itu penting?
Setiap tahun, diperkirakan satu juta anak dan remaja jatuh sakit karena tuberkulosis (TBC), dan sekitar 226.000 orang meninggal karena penyakit ini. Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis dan sebagian besar menyerang paru-paru (tuberkulosis paru), meskipun dapat juga menyerang bagian tubuh lainnya (tuberkulosis luar paru). Tanda dan gejala tuberkulosis paru meliputi batuk, demam, keringat malam, dan penurunan berat badan. Tanda dan gejala tuberkulosis luar paru tergantung pada lokasi penyakit. Jika terdeteksi dini dan diobati secara efektif, tuberkulosis sebagian besar dapat disembuhkan.
TBC yang tidak terdeteksi (negatif palsu) sejak awal dapat mengakibatkan keterlambatan diagnosis dan pengobatan, penyakit yang parah, dan kematian. Diagnosis tuberkulosis yang keliru (positif palsu) dapat menyebabkan kecemasan, pengobatan yang tidak perlu (yang dapat melibatkan efek samping obat), dan kemungkinan terlewatnya diagnosis alternatif yang memerlukan pengobatan.
Apa tujuan dari tinjauan ini?
Untuk menentukan keakuratan Xpert Ultra pada anak dengan gejala tuberkulosis untuk mendiagnosis tuberkulosis paru, meningitis tuberkulosis (memengaruhi selaput yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang), tuberkulosis kelenjar getah bening (pembengkakan yang menyakitkan pada satu atau beberapa kelenjar getah bening, yang merupakan struktur berbentuk kacang yang membantu melawan infeksi), dan resistensi terhadap rifampisin.
Apa yang diteliti dalam tinjauan ini?
Xpert Ultra, tes cepat yang direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO) yang secara simultan mendeteksi resistensi tuberkulosis dan rifampisin pada orang dewasa dan anak-anak dengan gejala tuberkulosis. Rifampisin adalah obat penting yang digunakan untuk mengobati tuberkulosis. Untuk diagnosis tuberkulosis, kami menilai hasil berdasarkan dua parameter yang berbeda: kultur tuberkulosis (metode yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri pada media yang kaya nutrisi) dan definisi komposit berdasarkan gejala, rontgen dada, mikroskopi dahak (pemeriksaan di bawah mikroskop terhadap lendir dan bahan lain yang dikeluarkan dari paru-paru), dan kultur. Untuk deteksi resistensi rifampisin, kami menilai hasilnya dengan pengujian kerentanan obat atau uji line probe (tes berbasis laboratorium yang cepat untuk mendeteksi bakteri tuberkulosis).
Apa hasil utama dari tinjauan ini?
Kami menyertakan 14 penelitian. Untuk tuberkulosis paru, kami menganalisis 335 set data (sekitar 26.000 partisipan). Tidak ada penelitian yang mengevaluasi keakuratan Xpert Ultra untuk meningitis tuberkulosis atau tuberkulosis kelenjar getah bening. Tiga penelitian mengevaluasi akurasi Xpert Ultra untuk mendeteksi resistensi rifampisin.
Untuk populasi 1000 anak:
* 100 menderita tuberkulosis paru dalam dahak berdasarkan hasil kultur:
- 101 dengan Xpert Ultra-positif, dan dari jumlah tersebut, 26 (26%) tidak menderita tuberkulosis paru (positif palsu); dan
- 899 adalah Xpert Ultra-negatif, dan dari jumlah tersebut, 25 (3%) di antaranya menderita TBC (negatif palsu).
* 100 menderita tuberkulosis paru dalam aspirasi lambung (pengumpulan sekresi paru-paru dan mulut dari lambung) berdasarkan hasil kultur:
- 97 dengan Xpert Ultra-positif, dan dari jumlah tersebut, 27 (28%) tidak menderita tuberkulosis paru (positif palsu); dan
- 903 adalah Xpert Ultra-negatif, dan dari jumlah tersebut, 30 (3%) di antaranya menderita TBC (negatif palsu).
* 100 menderita tuberkulosis paru dalam dahak berdasarkan hasil kultur:
- 74 dengan Xpert Ultra-positif, dan dari jumlah tersebut, 18 (24%) tidak menderita tuberkulosis paru (positif palsu); dan
- 926 adalah Xpert Ultra-negatif, dan dari jumlah tersebut, 44 (5%) di antaranya menderita TBC (negatif palsu).
* 100 menderita tuberkulosis paru dalam aspirasi nasofaring (sekresi dari bagian paling atas tenggorokan, di belakang hidung) berdasarkan hasil kultur:
- 66 dengan Xpert Ultra-positif, dan dari jumlah tersebut, 22 (33%) tidak menderita tuberkulosis paru (positif palsu); dan
- 934 adalah Xpert Ultra-negatif, dan dari jumlah tersebut, 56 (6%) di antaranya menderita TBC (negatif palsu).
Xpert Ultra secara akurat mendeteksi resistensi rifampisin, tetapi hanya ada beberapa penelitian dan hanya tiga anak yang resisten terhadap rifampisin yang diikutsertakan.
Seberapa yakinkah kami dengan hasil tinjauan ini?
Untuk tuberkulosis paru, kami cukup percaya karena kami menyertakan penelitian dari berbagai negara dan menggunakan dua parameter yang berbeda, meskipun tidak ada yang sempurna. Namun, dasar bukti ilmiah masih terbatas dan hanya ada beberapa penelitian dengan sedikit anak untuk salah satu jenis spesimen (aspirasi nasofaring).
Untuk resistensi rifampisin, kami mengidentifikasi beberapa penelitian dengan sedikit sekali anak yang mengalami resistensi rifampisin, sehingga kami kurang yakin.
Untuk siapa hasil tinjauan ini dapat diaplikasikan?
Anak-anak dan remaja muda (dari lahir sampai 14 tahun) yang HIV-positif atau HIV-negatif, dengan tanda atau gejala tuberkulosis paru. Hasilnya juga berlaku untuk anak-anak dengan pneumonia berat atau malnutrisi dan gejala TBC. Dalam tinjauan ini, kami tidak menemukan penelitian yang mengevaluasi akurasi Xpert Ultra untuk meningitis tuberkulosis atau tuberkulosis kelenjar getah bening.
Apa implikasi dari tinjauan ini?
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Xpert Ultra pada dahak, aspirasi lambung, tinja, dan aspirasi nasofaring merupakan metode yang akurat untuk mendeteksi tuberkulosis paru dan resistensi rifampisin pada anak.
Dengan Xpert Ultra pada dahak, aspirasi lambung, tinja, dan aspirasi nasofaring, risiko tidak terdiagnosisnya tuberkulosis paru (dikonfirmasi kultur) rendah, yang berarti hanya sedikit anak yang tidak akan mendapat pengobatan Risiko salah mendiagnosis anak menderita tuberkulosis paru sedikit lebih tinggi. Hal ini dapat mengakibatkan beberapa anak menerima pengobatan yang tidak perlu.
Seberapa mutakhir tinjauan ini?
Tinjauan ini memperbarui tinjauan kami sebelumnya dan menyertakan bukti ilmiah yang diterbitkan hingga 9 Maret 2021.
Diterjemahkan oleh dr. Rohmah Mufidah Ramadhani (Universitas Gadjah Mada). Disunting oleh Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K), Ph.D. (Universitas Gadjah Mada). Email Kontak: cochrane-indonesia.fkkmk@ugm.ac.id.