Pesan utama
- Eritromisin dapat meningkatkan kualitas visualisasi lambung dan juga sedikit mengurangi kebutuhan transfusi darah.
- Diperlukan penelitian lebih besar dengan desain lebih baik untuk mengestimasi lebih baik manfaat dan potensi bahaya dari berbagai macam dosis eritromisin pada pasien dengan perdarahan saluran pencernaan atas.
Pengantar ke topik tinjauan
Saluran pencernaan atas meliputi kerongkongan (pipa makanan), lambung, dan duodenum (bagian pertama dari usus halus). Pasien dengan pendarahan di saluran pencernaan atas membutuhkan endoskopi (yaitu tindakan dokter memasukkan selang panjang dengan lampu dan kamera video masuk ke dalam tenggorokan, melalui esofagus menuju lambung dan duodenum) untuk mendiagnosis serta tatalaksana penyebab perdarahan. Namun, sulit untuk mengidentifikasi penyebab perdarahan jika ada makanan atau darah di dalam lambung. Eritromisin adalah obat yang dapat meningkatkan kontraksi pada kerongkongan dan lambung, sehingga organ-organ tersebut mengosongkan isinya lebih cepat. Namun, kami tidak tahu apakah eritromisin, jika diberikan sebelum endoskopi bagian atas, aman dan efektif untuk mengosongkan makanan atau darah dari lambung dan memperbaiki hasil endoskopi.
Apa yang ingin diketahui?
Kami ingin mengetahui apakah eritromisin lebih baik daripada plasebo (obat tanpa zat aktif) atau obat lain untuk meningkatkan luaran sebagai berikut.
- Kematian yang disebabkan oleh perdarahan saluran pencernaan atas
- Kejadian serius yang tidak diinginkan
- Kematian oleh sebab apapun
- Kejadian ringan yang tidak diinginkan
- Kemudahan melihat lambung selama endoskopi
- Perdarahan ulang
- Perlunya transfusi darah
- Perlunya prosedur penyelamatan (seperti pembedahan)
Apa yang sudah dilakukan?
Kami mencari penelitian yang menyelidiki penggunaan eritromisin dibandingkan dengan tanpa pengobatan, plasebo, atau obat lain pada orang dewasa dengan perdarahan saluran pencernaan atas yang menjalani endoskopi bagian atas. Kami membandingkan dan merangkum hasilnya, dan menilai keyakinan kami terhadap bukti ilmiah tersebut, berdasarkan faktor-faktor seperti metode dan besarnya penelitian.
Apa yang ditemukan?
Kami memasukkan temuan dari 11 penelitian yang melibatkan 878 orang dewasa dengan perdarahan saluran pencernaan atas. Sebagian besar partisipan adalah pria, dan usia rata-rata berkisar antara 53 tahun sampai 64 tahun. Penelitian ini dilakukan di beberapa negara yang berbeda. Mereka membandingkan eritromisin dengan plasebo, bilas lambung dengan selang nasogastrik (menyuntikkan dan menyedot air atau larutan garam melalui selang yang dimasukkan ke dalam lambung melalui hidung), dan metoklopramid (obat yang mempercepat pengosongan lambung).
Hasil utama
Eritromisin dibandingkan dengan plasebo
Tiga penelitian (255 orang) membandingkan eritromisin dengan plasebo. Tidak ditemukan adanya kematian yang berhubungan dengan pendarahan. Kami tidak tahu apakah eritromisin berpengaruh pada kejadian serius yang tidak diinginkan, kematian karena sebab apapun, efek ringan yang tidak diinginkan, atau perdarahan ulang. Eritromisin dapat memudahkan melihat lambung selama endoskopi dan dapat sedikit mengurangi kebutuhan transfusi darah.
Eritromisin ditambah bilas lambung dengan selang nasogastrik versus tanpa pengobatan/plasebo plus bilas lambung dengan selang nasogastrik
Enam penelitian (408 orang) membandingkan eritromisin ditambah bilas selang nasogastrik dengan tanpa pengobatan/plasebo ditambah bilas lambung selang nasogastrik. Tidak ada kematian yang berhubungan dengan perdarahan dan tidak ada kejadian serius yang tidak diinginkan. Kami tidak tahu apakah eritromisin ditambah bilas lambung menggunakan selang nasogastrik dibandingkan dengan tanpa pengobatan/plasebo ditambah bilas lambung dengan selang nasogastrik memiliki efek pada kematian karena sebab apapun, kemudahan untuk melihat lambung, kejadian ringan yang tidak diinginkan, perdarahan ulang, atau transfusi darah.
Eritromisin versus bilas lambung dengan selang nasogastrik
Empat penelitian (287 orang) membandingkan eritromisin versus bilas lambung dengan selang nasogastrik. Tidak ada kematian yang berhubungan dengan perdarahan dan tidak ada kejadian serius yang tidak diinginkan. Kami tidak tahu apakah eritromisin dibandingkan dengan bilas lambung dengan selang nasogastrik memiliki efek pada kematian karena sebab apapun, kemudahan melihat lambung, kejadian ringan yang tidak diinginkan, pendarahan ulang, atau transfusi darah.
Eritromisin ditambah bilas lambung dengan selang nasogastrik versus metoklopramid ditambah bilas lambung dengan selang nasogastrik
Satu penelitian (30 orang) membandingkan eritromisin ditambah bilas lambung dengan selang nasogastrik dengan metoklopramid ditambah bilas lambung dengan selang nasogastrik. Kami tidak tahu apakah eritromisin ditambah bilas lambung dengan selang nasogastrik berpengaruh pada luaran yang dilaporkan.
Kesimpulan kami
Dikarenakan kurangnya bukti ilmiah yang kuat, manfaat dan bahaya eritromisin sebelum endoskopi untuk perdarahan saluran pencernaan atas masih belum jelas. Namun, eritromisin dibandingkan dengan plasebo dapat memudahkan untuk melihat lambung selama endoskopi dan dapat sedikit mengurangi kebutuhan transfusi darah. Diperlukan penelitian yang lebih besar dan desain lebih baik untuk memberikan estimasi yang lebih baik mengenai manfaat dan potensi bahaya eritromisin pada orang dengan perdarahan saluran pencernaan atas.
Apa keterbatasan bukti ilmiah tersebut?
Kami hanya memiliki sedikit keyakinan terhadap bukti ilmiah yang ada karena hasilnya sangat bervariasi antar penelitian, dan hanya melibatkan sedikit orang. Beberapa laporan tidak secara jelas menerangkan cara penelitian dilakukan, atau apakah orang-orang yang ikut serta mengetahui siapa yang menerima obat apa, yang dapat mempengaruhi hasilnya. Penelitian lebih lanjut mungkin dapat mengubah hasil yang kami dapatkan.
Seberapa mutakhir bukti ilmiah ini?
Bukti ilmiah ini diperbaharui sampai Oktober 2021.
Diterjemahkan oleh dr. Fatty Maulidira (RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang). Disunting oleh Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K), Ph.D. (Universitas Gadjah Mada). Email Kontak: cochrane-indonesia.fkkmk@ugm.ac.id